Judul:
Sriti & Zuhara 2
Cerita & Gambar:
Eko Wibowo
Ukuran: A5, 106 halaman, Jilid staples.
Cetak: Foto kopi hitam putih.
Produksi
tahun: 2003
Harga: Rp.
9.000,-
Dikarang dan digambar oleh
Eko Wibowo pada tahun 2002. Dimuat
di Koran "Lampu Merah" pada
tahun 2002.
|
SRITI & ZUHARA 2
Ringkasan Cerita:
Asep Gorbachev baru saja
keluar dari penjara. Kejahatannya adalah melakukan pemalsuan bahan pelumas
kendaraan bermotor. Karena kawannya tak berhasil dijumpai, Asep kembali ke
tempat tinggalnya yang sudah hancur terbakar ketika polisi mau menangkapnya.
Ia mendapat pekerjaan di bengkel milik seorang pembalap. Asep bekerja dengan
rajin sampai-sampai keracunan emisi gas hasil utak-atiknya sendiri. Dia
masuk rumah sakit.
Sementara itu, Megan dan
Lela yang baru saja pulang kuliah di Universitas Marcapada, dirampok
gerombolan “serigala jalanan” spesialis merampas kendaraan bermotor.
Gerombolan itu mengalami nasib sial karena Megan dan Lela yang langsung
berubah jadi Sriti & Zuhara menggulungnya.
Suatu malam di penjara kota,
Nelson Paryono yang sedang meringkuk di selnya mendapat surat dari Kobar
Pelangkah seorang pengusaha yang juga politikus (calon walikota). Isi surat
itu menanyakan senjata api pesanannya yang disimpan di P. Karang sejak 2
tahun lalu. Letkol Widodo, utusan Kobar, mengangkut pesanan itu dari P.
Karang. Dia bertemu Sedet, anaknya Nelson yang telah dinyatakan hilang mati
terbakar di laut ketika kabur dari kejaran polisi dan Sriti.
Enam minggu kemudian, Asep
Gorbachev sudah sembuh dari sakitnya. Dia berhenti dari pekerjaannya dan
membuat laboratorium sederhana untuk melakukan percobaan (hobbynya)
menciptakan formula campuran bahan bakar agar emisinya bersih dari polutan.
Tetapi dia malah mendapatkan formula gas racun berbahaya yang menyerang
syaraf. Dia juga menemukan masker alat penyaring udara kotor.
Di suatu “klub” orang-orang
kaya di tempat perjudian, Asep bertemu Sedet yang telah berubah rupa dan
namanya menjadi Emji. Pertemuan itu menghasilkan kerjasama. Emji menjadi
investor bagi usaha Asep memproduksi masker. Mereka melakukan kejahatan
dengan meracuni udara Kota Adipura agar maskernya laris.
Kesuksesan Asep dan Emji
membikin pusing semua orang. Polisi, Sriti& Zuhara, juga para ilmuwan heran
akan kedahsyatan daya bunuh gas racun itu.
Berkat kesungguhan dan
keuletan Sriti & Zuhara alias Megananda dan Siti Melela, kejahatan Asep
dapat terbongkar. Asep ditangkap sewaktu para pekerja pabrik maskernya yang
di PHK melakukan demo nuntut gaji dan pesangon. Asep dapat dibekuk dengan
mudah karena ia mengidap penyakit jiwa. Asep mengamuk membabi buta dengan
menembakkan senjata gas racun ciptaannya yang diberi nama “Gone-Bye”.
Sementara Asep dimasukkan
dalam penjara, Emji yang selalu sembunyi di P. Karang merasa senang. Karena
telah mendapat untung besar dari kerjasamanya dengan Asep.
Setelah berhasil
menjebloskan Asep ke dalam penjara, Siti Melela pergi ke Kota Gandapura
untuk “refreshing” menghirup udara segar bebas polusi. Sedangkan Megananda
tetap tinggal di Adipura menyelesaikan laporan hasil penelitiannya (tugas
dari pak dosennya).
Bebasnya Nelson Paryono dari
penjara karena rekayasa Kobar pelangkah yang sudah menjabat walikota
Adipura, membuat Sriti kecewa. Masa hukuman Nelson baru dijalani selama 2
tahun. Padahal kejahatan memproduksi dan mengedarkan narkotik, hukumannya
minimal 5 tahun 8 bulan sampai seumur hidup, bahkan mati. Sriti alias
Megananda mengawasi sendiri kegiatan Nelson setelah bebas. Nelson ketahuan
berhubungan dengan Bandar Narkotik yang dicari polisi.
Sriti bekerja sama dengan
polisi menangkap Nelson dan Isterinya pada saat transaksi narkotik. Sriti
berhasil menangkap Nelson setelah terjadi pengejaran dan ketegangan yang
mengakibatkan isteri Nelson tewas tertembak pistol suaminya sendiri.
Akhirnya, ketika akan
diadili, Nelson tewas diterjang peluru dari penembak misterius yang tak
ketahuan dimana berada.
|